Anak Jalanan Adalah Anak
Semua Bangsa
ANAK JALANAN. Mendengar kata itu, yang terbesit dalam
pikiran kita adalah mereka yang mengamen dan meminta-minta dijalanan. Tanpa
pernah kita sadari bahwa sesungguhnya mereka semua adalah generasi penerus
bangsa kita. Harapan dan tumpuan negara ini. Lantas, mengapa mereka sekan
terabaikan? Hadirnya seakan benalu dan beban negara. Image yang muncul bagi
mereka selalu buruk. Orang-orang biasanya hanya bisa mengatai dan menjudge
anak jalanan sebagai anak-anak yang bodoh,
tidak berpendidikan, yang bisanya hanya meminta-minta. Ada juga yang mengatai
mereka nakal dan kasar. Tapi, pernahkah kita sekali saja berpikir bahwa
sesungguhnya merekalah harapan bangsa kita? Bukankah salah satu tujuan negara
ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa? Lantas, ketika mereka dibiarkan
bergelantungan dijalanan tanpa pernah menginjak yang namanya jenjang
pendidikan, tak adakah rasa malu dalam diri kita sendiri? Kita menganggap bahwa
kita adalah orang-orang berpendidikan,
orang-orang berilmu, tapi tak ada sedikitpun gerak dalam hati kita untuk
berbagi kepada orang lain, maka sia-sialah segala ilmu yang kita miliki. Karena
sesunguhnya, ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang kita bagikan kepada
orang lain. Entah siapapun itu, dan tentunya memiliki tujuan yang baik. Tak
akan ada gunanya ketika kita memiliki banyak pengetahun namun hanya kita
nikmati sendiri. Semua hanya akan seperti sampah yang bersarang dalam tengkorak
kepala kita.
Kembali ke anak jalanan, kita semua tahu bahwa mereka hidup
dengan garis ekonomi rendah. Untuk makan sehari-haripun masih sulit. Bahkan, usia
bukanlah masalah untuk bekerja. Sampai-sampai tak jarang dari mereka yang harus
mengorbankan sekolahnya hanya untuk berjualan koran dipinggir jalan. Padahal
sesungguhnya, jika mereka bisa mendapatkan didikan dan ajaran yang baik, mereka
bisa saja menjadi juara pertama
dikelasnya. Fajrin misalnya, seorang anak berusia delapan tahun yang setiap
harinya harus berjualan koran dijalan. Padahal sekarang ini, ia telah duduk
dibangku kelas dua SD. Tapi karena tuntutan ekonomi,dia harus membantu
orangtuanya mencari nafkah dengan berjualan koran. Padahal, anak ini seorang
anak yang cukup cerdas. Dia sudah mampu menulis dan membaca. Diabanding
teman-temannya yang lain,dialah yang paling muda. Tapi, boleh dikata dialha
yang paling pandai dalam berhitung. Diusianya yang masih delapan tahun, dia
sangat lihai dan sigap berhitung. Dia juga sudah mampu berhitung dalam bahasa
Inggris. Tentunya, apa yang dimiliknya tidak boleh hanya sebatas itu saja. Dia butuh
wadah dan tempat yang layak untuk belajar dan mengembangkan pengetahuannya.
Jika terus diasah, dia bisa saja menjadi juara kelas. Ketika kita memberinya
pertanyaan Matematika tentang perkalian, dia sudah mampu menjawabnya dengan
benar. Selain Fajrin, ada juga Ayu. Ayu ternyata memiliki bakat yang berbeda
dengan Fajrin. Dia sangat cakap dalam membaca. Diantara teman-temannya yang
lain, dialah yang paling lancar membaca. Fajrin dan Ayu adalah dua diantar
beberapa anak lainnya yang menjadi anak didikan Rumah Pelangi Kardus disingktat
Rumah PEKA.
Rumah Peka adalah salah satu lembaga di Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang
menangani anak jalanan. Lembaga ini diketuai oleh Ardiansyah. Mahasiswa jurusan Perbandingan Agama di
Fakultas Ushuluddin, Filsafat, dan Politik. Kehadiran Rumah Peka bagi anak
jalanan bagaikan membawa sedikit titik terang bagi mereka. Ketika Fajrin yang
berkata bahwa tidak mungkin bagi dia untuk sekolah ditingkat lanjut, maka Rumah
Peka akan berkata bahwa tidak mungkin dia hanya akan tingggal diam melihat
salah satu permata bangsa kita harus kehilangan haknya untuk belajar. Disinilah
peran kita sebagai seorang mahasiswa yang
mangaku cinta tanah air. Bukan hanya untuk mencerdaskan diri kita
sendiri, tetapi mencerdaskan orang lain adalah suatu pekerjaan yang jauh lebih
mulia. Terlebih lagi jika mereka adalah benih-benih permata bangsa kita. Ketika
orang lain hanya bisa berkomentar dan menilai buruk tentang kondisi negara ini,
maka Rumah Peka telah mengambil tindakan lebih dulu untuk memperbaikinya, yang
dimulai dengan mendidik, mengajar dan mengembangkan kreativitas anak jalanan.
Kesuksesan seorang pengajar adalah ketika siapa yang diajarnya bisa lebih
sukses dari dirinya. Kehadiran anak jalanan bukanlah sebuah benalu atau maalah
dalam sebuah negara. Tetapi, mereka adalah anak-anak bangsa yang justru harus
diberi perhatian lebih dari pemerintah, dan masayarakt sekitar. Karena mereka adalah anak semua bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar